Agar Anak Merdeka untuk Belajar, Berikan 4 Kesempatan ini - Portal Bakat Anak

Agar Anak Merdeka untuk Belajar, Berikan 4 Kesempatan ini

Diposting oleh:

Bakat Anak – Kemerdekaan anak untuk belajar berarti memberikan anak otonomi belajar.

Sebelumnya, kita sudah membahas bahwa saat anak diberi kepercayaan untuk mengelola ritme belajarnya sendiri, anak akan bahagia. Bagaimana kebahagiaan bisa diraih saat anak merdeka untuk belajar?

bakat anak merdeka

Pertama, kita perlu mengingat anak perlu merdeka atas paksaan dan tekanan belajar dari luar. Anak mungkin memiliki sifat-sifat yang sama dengan orangtuanya, namun anak tidak pernah sama persis dengan kita. Anak bisa jadi punya minat mengenai kesehatan, karena ayahnya seorang dokter – karena tak dapat dipungkiri, orangtua selalu memberi pengaruh pada anak. Namun bukan berarti sang ayah boleh memaksa anak menjadi dokter.

Kedua, saat akhirnya orangtua bisa menyingkirkan ego dalam mengarahkan anak, lalu siapa dong yang mengarahkan anak? Sederhana, dirinya sendiri. Anak bukan kertas kosong, melainkan benih kehidupan yang butuh berbagai stimulasi agar menghasilkan buah yang dapat dinikmati banyak orang. Seperti halnya tumbuhan, anak butuh stimulasi yang tepat agar ‘berbuah’, menghasilkan karya yang benar-benar datang dari kemauannya sendiri. Bahasa kerennya, eudaimonia. Berbahagia saat bisa mengekspresikan dirinya sendiri, bukan topeng yang dipaksakan.

Memberi kesempatan anak untuk mengarahkan dirinya sendiri bukan berarti melepas anak, namun memberikan berbagai kesempatan agar anak merdeka untuk belajar. Salah satunya adalah, memberi kesempatan anak untuk mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bakat. Daniel Pink dalam buku Drive: The Surprising Truth about What Motivates Us, menawarkan empat kesempatan yang Ayah Ibu bisa berikan agar anak merdeka untuk belajar.

Pertama, berikan kesempatan agar anak memilih sendiri fokus belajar yang akan ditekuni. Tugas kita sebagai orangtua hanya satu: menyediakan kegiatan eksplorasi yang memadai agar anak tahu, bahwa dunianya luas. Saat anak tahu bahwa ada berbagai macam hal mengasyikkan di sekitarnya, anak punya kesempatan untuk memilih sendiri fokus belajarnya.

Di berbagai perusahaan terkemuka seperti Google, para karyawan tidak hanya bekerja sesuai apa yang ditugaskan saat itu. Mereka mendapatkan waktu merdeka – sebanyak 20% dari total waktu kerja – untuk mengerjakan proyek yang mereka suka. Saat diberikan kesempatan berkreasi, performa para karyawan ini meningkat, bahkan menghasilkan inovasi. Gmail dan Google Translate, misalnya.

4-kesempatan-merdeka

Kedua, berikan kesempatan agar anak mengatur sendiri waktu belajarnya. Ini mungkin terdengar ekstrem, namun sebenarnya memberikan kesempatan anak untuk belajar bertanggung jawab. Di Erudio School of Art, sekolah seni yang pernah saya kunjungi, anak berhak memilih untuk keluar dari kelas saat tidak mood atau bosan dengan suasana di kelas.

Apakah ini berarti anak terbebas dari tugas belajarnya? Tentu tidak – karena hak anak tersebut dipayungi oleh kesepakatan bersama bahwa anak tetap harus mengerjakan proyek seni yang sedang berlangsung di kelas. Anak bisa mengirup angin segar di rumah pohon untuk mencari inspirasi, dan kemudian melanjutkan pekerjaannya. Demikan pula, anak Ayah Ibu tak harus menghadap meja belajar di kamar selama dua jam penuh. Harapannya adalah, anak bisa mengelola waktu dua jam tersebut agar ia bisa belajar dengan efektif dengan cara yang tepat.

Ketiga, berikan kesempatan agar anak menentukan cara belajar yang terbaik. Masih ingat kisah Ishaan dalam film Taare Zamen Par? Saat ditekan untuk belajar membaca dengan cara yang sama dengan teman-temannya, ia gagal karena ia menyandang disleksia. Namun saat ia berkesempatan untuk belajar membaca dengan cara yang sesuai dengan dirinya – yang berbakat menggambar – Ishaan akhirnya berhasil membaca. Kisah Ishaan mengajarkan bahwa anak punya cara belajar yang unik, yang membuat anak merdeka dalam mengekspresikan dirinya.

Keempat, berikan kesempatan agar anak menjalin hubungan dengan teman-teman satu minat. Semakin jauh anak menekuni bakatnya, anak butuh beranjak keluar untuk menjelajahi ekosistem bakatnya. Dengan mengenal orang-orang yang bermain dalam suatu sistem bakat, anak belajar untuk menempatkan diri dan mengambil peran yang sesuai. Dalam sebuah dapur restoran, semua orang secara umum berbakat memasak. Namun secara spesifik, ada yang berinovasi dengan resep-resep baru, ada yang jago menyajikan makanan dengan cantik, dan ada pula yang canggih dalam teknik masak tertentu. Karena dalam berkarya dan mengekspresikan diri, seringkali anak tidak bisa bekerja seorang diri.

Apa satu kesempatan yang paling dibutuhkan anak dalam mengembangkan bakatnya saat ini?

 

Foto oleh Rifat Attamimi


panduan memilih sekolah untuk anak zaman now

Leave a Reply

Buku Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now
rss
rss
rss
Mas Yana : Saya pikir masih sama konteksnya. jika jiwa kompetitif anak diarahkan kepada hal baik, seperti anjuran agama "
Zalllll, can u help me? : Dan lebih parahnya lagi, aku hampir mau bundir hehe gara tertekan capek disuruh ini itu sm ortu yg strict pare
Seorang anak Strict parents:)) sad : Ini penting bat si buat kamu, kyk survey ke sekolahnya langsung biar gk salah masuk sekolah...bahkan liat bang