Anak Bertanya, tentang Pentingnya Memelihara Keingintahuan
Bakat Anak – Apakah Ayah Ibu pernah lelah menghadapi pertanyaan anak?
Beberapa hari ini saya menyimak sebuah status Facebook yang cukup menarik. Seorang ibu menceritakan pengalamannya saat putrinya yang duduk di bangku SD, bertanya mengenai arti sebuah kegiatan terkait alat reproduksi. Berdasarkan penelusuran sang ibu, ternyata putrinya mengetahui kata yang ditanyakan setelah membaca berita tentang salah seorang anggota boyband yang digemarinya.
Sang ibu kemudian dengan penuh pengertian menjelaskan arti kata tersebut dengan bahasa yang dapat dimengerti putrinya. Jawabannya cukup memuaskan putrinya, sampai di hari berikutnya sang ibu mendapatkan pertanyaan lain yang sama menantangnya.
Di zaman kreatif ini kita memang dilingkupi dengan banyak sekali informasi yang dengan mudah berseliweran dari satu telinga ke telinga lainnya. Internet, termasuk salah satu sumber informasi yang kini dengan mudah diakses anak – dengan maupun tanpa pendampingan orangtuanya. Bahkan, anak yang tak biasa berselancar di dunia maya pun bisa mengetahui hal-hal baru dari tetangga maupun teman di sekolahnya. Hal yang belum pernah didengarnya sama sekali itu, tentu saja membuat anak penasaran. Betul, bukan?
Anak memang penuh rasa ingin tahu, yang mencerminkan energi, dorongan anak untuk belajar secara alami. Mereka memandang dunia dengan penuh rasa takjub, dan sekali suatu fenomena membuatnya tergelitik, anak akan berusaha mencari tahu jawabannya. Termasuk saat anak bertanya kepada orangtuanya. Kita sebagai orangtua mungkin kadang heran atau sebal dengan pertanyaan anak yang kita anggap aneh-aneh atau belum saatnya. Padahal jika kita bertanya pada orangtua kita, mereka akan menceritakan hal yang sama. Saat kecil kita pun suka bertanya.
Namun rasa takjub dan dorongan untuk bertanya tersebut mulai redup, terutama saat para orangtua membiarkan sekolah lebih menekankan kemampuan anak untuk menjawab dengan benar. Iwan Pranoto menuliskan, “Terlebih, kenyataannya siswa lebih banyak dituntut untuk menjawab, atau malah memilih jawab(an) yang diharapkan guru, ketimbang bertanya.” Itulah sebabnya, di ruang-ruang kelas, seringkali sedikit anak bertanya. Mungkin juga, semakin sedikit yang bertanya, semakin cepat bisa pulang, hehehe.
Padahal, bertanya merupakan gerbang utama anak untuk menalar dan mencari tahu, melakukan uji coba dan membuktikan. Sayangnya, kemampuan ini justru kurang diasah di sekolah.
Melihat kenyataan tersebut – yang juga dihadapi anaknya – Hendra Gunawan, seorang dosen yang berkutat di bidang matematika pun memiliki ide. Bagaimana kalau anak diberi kesempatan untuk lebih banyak bertanya; bertanya tentang apapun yang membuat mereka takjub, yang relevan dengan kehidupan mereka. Pertanyaan mereka kemudian akan dijawab oleh seorang pakar atau mereka yang sedang berkecimpung dalam bidang terkait.
Bersama Gregorius Hadiyanto Nitihardjo, ide tersebut kemudian dimatangkan bersama dan dituangkan dalam sebuah blog berjudul Anak Bertanya, Pakar Menjawab. Mulanya, sebagian besar pertanyaan berasal dari anak-anak SOS Children’s Villages Indonesia, namun blog tersebut juga memberikan kesempatan bagi anak-anak lain untuk mengirimkan pertanyaan mereka. Para pakar yang bersedia menjawab akan menuliskan penjelasan, yang kemudian disunting dan diunggah di blog dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Baik guru, dosen, praktisi, bahkan mahasiswa pun ikut andil dalam membantu anak-anak untuk menemukan jawabannya.
Terdapat empat topik utama dalam blog Anak Bertanya, Pakar Menjawab, yakni seputar Alam dan Kehidupan, Bumi dan Lingkungan, Isu Sosial dan Ekonomi, serta Karya dan Aksi Manusia. Melihat pertanyaan-pertanyaan mereka, saya pun seringkali tersenyum. Salah satu hal yang menarik dari pertanyaan-pertanyaan mereka adalah bahwa anak ingin memastikan hal yang mereka pelajari memang bisa mereka manfaatkan dalam kehidupan, bukan sekadar terpaksa belajar.
7 Tips Mengajukan Pertanyaan Keren pada Anak Sepulang Sekolah
Bertanya, Bekal menjadi Wartawan sekelas Bondan Winarno
Menonton Video TED Bersama, Tumbuhkan Rasa Ingin Tahu Anak
Jika sekolah memang tidak memberikan kesempatan anak untuk lebih berani dan terbiasa bertanya, biarkan tanggung jawab tersebut kita pegang sebagai orangtua mereka. Sebagai orangtua, kita mungkin tidak mengetahui semua jawaban dari pertanyaan anak, namun kita bisa memfasilitasi anak untuk terus memelihara keingintahuannya. Selamat bertanya!
Blog, Facebook, Twitter Anak Bertanya
Apa tips Ayah Ibu agar anak dapat terus memelihara rasa ingin tahunya?
Foto dan gambar diambil dari sini
Terkadang saya berpikir sekolah hanya memaksakan anak belajar apa yang mereka tak perlu. Sekolah skarang ini tak lebih dari industri tekstil dan pariwisata. Sangat jauh dari nuansa mendidik.
coba baca ini
http://www.habibasyrafy.com/2014/10/surat-peringatan-orang-tua-murid.html