Anak bosan belajar? Ini Tips Mengatasinya
Jika sudah menemukan bakat anak…apakah kita wajib terus mengasah bakat anak meskipun terkadang anak bosan belajar atau lelah?
Bosan belajar menjadi topik yang ditanyakan orangtua ketika kami membuka kesempatan tanya jawab di http://bit.ly/TanyaABKK. Apakah anda sebagai orangtua atau pendidik mempunyai pertanyaan yang serupa? Bila iya, ada baiknya anda meluangkan waktu untuk membaca baik-baik tulisan mengenai tips mengatasi bosan belajar ini.
Bosan belajar adalah topik yang jarang dibahas dalam seminar mengenai pendidikan anak. Bosan belajar biasanya dialami anak pada usia 7 – 13 tahun atau bila mengacu pada buku Anak Bukan Kertas Kosong, termasuk fase Belajar Mendalam. Anak pada usia tersebut seringkali tidak lagi menjadi fokus kekhawatiran orangtuanya. Akibatnya, anak seringkali harus menyelesaikan sendiri persoalan bosan belajar yang dirasakannya sehingga bertumpuk dan menimbulkan persoalan ketika anak beranjak remaja awal.
Padahal bosan belajar itu adalah respon manusiawi anak terhadap suatu tujuan dan cara belajar atau kondisi fisik dan psikologisnya. Jadi ketika orangtua menghadapi anak bosan belajar maka yang penting dilakukan adalah jeda, menunda semua penilaian terhadap anak. Karena sangat sering terjadi ketika anak bosan belajar, orangtua langsung bersikap reaksioner dan menuduh anak sehingga semakin memperburuk keadaan. Atau bisa juga orangtua tetap memaksa anak belajar yang hasilnya justru anak semakin merasa terpaksa belajar.
Ada beberapa kemungkinan penyebab anak bosan belajar yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu:
Tujuan belajar
- Tidak ada tujuan belajar. Seringkali dalam proses belajar, pendidik tidak menjelaskan tujuan belajar. Anak dianggap sudah seharusnya belajar, ada atau tidak ada tujuan belajar.
- Tujuan belajar tidak jelas. Mungkin ada tujuan belajar, tapi tujuan belajarnya terlalu abstrak bagi anak karena tujuan belajar dirumuskan dengan kalimat abstrak.
- Tujuan belajar tidak relevan. Mungkin ada tujuan belajar dan jelas. Tapi bagi anak, tujuan belajar itu tidak relevan, tidak terkait dengan minat, kebutuhan atau persoalan yang dihadapinya. Bisa jadi tujuan belajar ditetapkan hanya oleh pendidik, tanpa meminta masukan dan persetujuan dari anak.
- Tidak ada kesepakatan mengenai sasaran belajar. Bisa jadi tujuan belajar telah dikomunikasikan pada anak, tapi tujuan belajar itu tidak diwujudkan menjadi sasaran belajar yang dilengkapi dengan dukungan dan konsekuensi. Atau bisa jadi ada kesepakatan belajar tapi tidak ditulis dan ditempel di tempat yang mudah didilihat.
Cara dan Kondisi Belajar
- Cara belajar yang tidak nyaman. Bila cara belajar tidak sesuai dengan profil kecerdasan majemuk, anak cenderung membutuhkan energi banyak dalam melakukan pembelajaran.
- Anak tidak tertarik dengan konten dan cara belajar. Karena belajar tidak diawali dengan menarik minat anak terhadap konten dan cara belajarnya.
- Anak tidak merdeka belajar. Anak tidak bisa memilih waktu, cara dan tempat belajar. Bagi anak, belajar seolah jadi kekangan, bukan kenikmatan.
- Anak tidak merasakan pengalaman seru selama belajar. Ada dua kemungkinan, tantangan belajar terlalu rendah atau terlalu tinggi dibandingkan kemampuan anak. Bila terlalu rendah, anak seolah mengerjakan aktivitas rutin yang membosankan. Bila terlalu sulit, anak bisa merasakan tekanan atau stress belajar.
- Anak kurang mendapatkan apresiasi. Anak sudah giat belajar, tapi pendidik tidak memberi kesempatan pada anak untuk menceritakan pengalaman belajarnya.
- Anak kurang mendapat umpan balik. Anak sudah mencapai capaian belajar tertentu tapi tidak ada umpan balik dari pendidik. Jadi seolah capaiannya itu percuma saja.
- Anak tidak punya teman yang fokus belajar pada bakat yang sama. Jadi seolah anak sendirian menghadapi kesulitan belajar, tidak ada teman untuk berbagi
- Anak tidak merasakan kemajuan belajar. Pendidik tidak merefleksikan proses dan hasil karya anak. Akibatnya, kemampuan belajar anak tidak berkembang sehingga kesulitan menghadapi tantangan belajar yang kesulitannya terus bertambah.
Kondisi fisik dan psikologis
- Anak merasa lelah. Anak telah melakukan aktivitas yang menguras energinya sehingga tidak lagi punya energi untuk belajar.
- Anak mempunyai persoalan. Persoalan bisa besar, bisa kecil tapi yang jelas mengganggu konsentrasi belajar anak.
- Anak merasa sakit. Anak mungkin merasa sakit pada salah satu anggota badannya.
Jadi cara mengatasi anak bosan belajar adalah menemukan kemungkinan penyebabnya. Dari sejumlah penyebab di atas, mana yang sekiranya dialami oleh anak. Bila persoalannya telah diketahui, orangtua bisa mengajak anak menemukan solusi untuk mengatasi persoalan itu.
Kembali ke pertanyaan di awal tulisan ini: Jika sudah menemukan bakat anak…apakah kita wajib terus mengasah bakat anak meskipun terkadang anak bosan belajar atau lelah? Jawabannya tentu tidak. Orangtua harus sejenak jeda, memahami kebutuhan dan emosi anak, dan mengajak anak mencari solusi untuk mengatasi kebosanan belajar itu. Belajar dalam kondisi bosan tidaklah efektif. Lebih baik mengatasi dulu rasa bosan itu sebelum melanjutkan proses belajar.
Dalam buku kedua yang akan terbit Maret 2016, saya akan banyak membahas panduan dan tips praktis bagi orangtua dalam mendampingi fase Belajar Mendalam (usia 7 – 13 tahun). Bila anda ingin mengatasi persoalan anak bosan belajar, bila anda ingin mendampingi anak anda belajar mendalam untuk meraih karir cemerlang, pastikan anda sudah mendaftarkan email di Buku.TemanTakita.com. Bila sudah mendaftar, periksa kotak email anda dan lakukan konfirmasi dengan meng-klik tautan yang ada pada email dari kami.
Sumber foto: Flickr