Di Balik Kenyamanan Hidup, Remaja Ini Justru Bikin Teknologi Microhydro untuk Desa Terpencil
Bakat Anak – Terlahir di keluarga mapan, remaja ini malah sibuk memikirkan agar desa-desa terpencil bisa menikmati listrik. Apa sebabnya?
Apa bayangan Ayah Ibu tentang kehidupan remaja? Alih-alih bertingkah seperti kebanyakan remaja di sinetron, remaja satu ini justru mengembangkan energi terbarukan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air mini yang biaya pembuatannya relatif lebih murah, serta dapat dioperasikan langsung oleh masyarakat setempat. Siapa gerangan remaja yang satu ini? Simak, yuk!
Microhydro, energi terbarukan untuk daerah terpencil
Pada Kamis, 12 November 2015 lalu, seorang remaja kelas 1 SMA memaparkan teknologi yang sedang dikembangkannya untuk daerah terpencil. Dilansir dari Liputan 6, ia menjulukinya “Microhydro for Indonesia Project” dalam presentasinya di @America, Jakarta, di depan sekitar 200 pengunjung, termasuk para pelajar dari sekitar Jabodetabek.
Apa itu microhydro? Sesuai namanya, teknologi ini merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) versi mini. Seperti halnya PLTA, prinsip teknologi yang satu ini adalah dengan menggunakan energi kinetik dari arus air suatu daerah untuk memutar turbin, yang nantinya diubah menjadi energi listrik. Namun berbeda dengan PLTA pada umumnya, teknologi microhydro relatif lebih mudah dibuat dan kemudian dioperasikan sendiri oleh masyarakat setempat.
Dalam presentasinya, remaja berusia 15 tahun ini memiliki visi agar teknologi ini nantinya dapat digunakan sebagai sumber daya terbarukan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan kesulitan mengakses listrik. Sebuah impian yang sangat keren ini dimiliki oleh Gamma Thohir. Siapa dia?
Siapa gerangan Gamma Thohir?
Bagi Ayah Ibu yang cukup familiar di dunia bisnis, nama Gamma Thohir mungkin dapat dengan mudah Anda tebak. Ya, remaja ini adalah putra dari Boy Thohir, CEO Adaro sekaligus komisaris BEI. Wah, anak orang kaya, dong! Jelas dia dengan mudah bisa bikin ini-itu! Microhydro mah kecil!
Beberapa orang mungkin berpikir demikian: berkarya itu butuh uang, butuh dana, butuh kesempatan. Gamma Thohir hidup dalam kondisi memiliki semuanya itu. Hal tersebut bisa jadi benar, namun apa jadinya jika ia tak punya motivasi untuk mengembangkan teknologi microhydro? Mungkin seperti bayangan Anda tentang anak-anak orang kaya; hidup foya-foya, ngemal tiap hari, sehari-hari diantar supir, dan seterusnya. Hidup nyaman, namun tanpa tujuan.
Namun Gamma Thohir berbeda. Melihat sang ayah yang sukses berbisnis di bidang energi, sang anak pun ingin mengikuti jejak ayahnya. Dicuplik dari Liputan 6, ia sedari kecil sudah penasaran dengan bagaimana mainan elektronik bekerja. Gamma yang banyak terinspirasi oleh Thomas Alva Edison dengan penemuan bola lampunya, kemudian tersentak saat menyadari kenyataan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa menikmati penerangan yang layak.
Rasa penasaran tentang energi ini kemudian mendapat sambutan yang pas, saat sekolah Gamma Thohir meminta para murid untuk membuat sebuah proyek pribadi sebagai tugas. Ia pun belajar langsung di dua tempat yang menangani pembuatan teknologi microhydro. Tidak hanya itu, ia terjun langsung ke lokasi ujicoba untuk mensosialisasikan teknologi tersebut, yakni di kasepuhan Ciptagelar, sebuah daerah tanpa akses listrik di Jawa Barat.
Apa motivasi anak untuk berkarya?
Seperti apa yang dilakukan oleh Gamma Thohir, berkarya memang tak perlu menunggu dewasa. Kita tentu paham bahwa anak sudah sibuk sekolah, les pelajaran, mengerjakan PR, dan masih banyak lagi. Namun hidup anak tidak harus dihabiskan untuk hal-hal akademis semata, apalagi tujuannya hanya mendapat nilai atau peringkat bagus.
Ada yang lebih penting dari mendapat nilai dan peringkat bagus – yang sebagian besar diperoleh dari ujian tulis – yakni berkarya. Berkarya dengan niat yang benar, yakni dari dorongan dalam diri anak untuk mengekspresikan diri. Bukan sekadar untuk memenangkan lomba, apalagi semata agar orangtuanya bangga.
Motivasi internal untuk mengekspresikan diri inilah yang perlu kita tumbuhkan dalam diri anak. Caranya sesederhana memberi anak kesempatan untuk melakukan kegemarannya, dan menikmati keseruannya. Anak yang paham serunya belajar akan dengan mudah mengembangkan diri di bidang bakat yang ia gemari.
Boleh jadi karya anak tidak se-wow teknologi microhydro Gamma Thohir, namun sebagai orangtua, kita telah berhasil menumbuhkan anak yang gemar belajar.
Apa karya anak yang paling mereka banggakan saat ini? Mengapa mereka sangat puas dengan karyanya tersebut?
Foto dicuplik dari sini