Dua Hal Sederhana Ini Membuat Pengembangan Bakat Anak Jadi Lebih Efektif
Bakat Anak – Hal-hal apa yang membuat pengembangan bakat anak jauh lebih efektif?
Dalam menekuni dan mengembangkan bakatnya, anak senantiasa belajar dan berlatih. Apapun bidang bakat anak, Ayah Ibu pasti setuju bahwa belajar dan berlatih posisinya sangat penting dalam pengembangan bakat anak. Termasuk saat anak mempelajari perkembangan diri di bidang bakat yang ditekuninya. Nah, ternyata dua hal sederhana ini bisa membuat pengembangan bakat anak lebih efektif. Apa itu?
Belajar dari ahlinya
Kalau Ayah Ibu pernah kecil (ini pasti, sih), Anda mungkin pernah menemui sebuah acara kuis di sebuah saluran televisi swasta. Dalam acara tersebut, ada beberapa segmen saat kontestan tidak hanya diminta menjawab dengan tepat, namun juga harus mengemukakan alasannya. Jika gagal, maka pembawa acaranya akan mengajak para pemirsa mengetahui jawaban dan alasannya dengan berseru, “Mau tahu alasannya? Kita tanya Galileo!”
Galileo yang dimaksud dalam acara tersebut tentulah bukan astronom terkenal, namun program yang disiapkan untuk menjelaskan berbagai fenomena yang menjadi pertanyaan dalam acara kuis terkait. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, sudah menjadi kewajaran saat kita belajar dari orang yang lebih ahli. Demikian pula pengembangan bakat anak, yang biasanya membutuhkan guru, pelatih, maupun mentor, dalam belajar dan berlatih.
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana para ahli atau pakar mengembangkan bakatnya? Apa rahasia pengembangan bakat yang membedakan orang-orang hebat ini dari orang-orang biasa dalam belajar dan berlatih di bidang bakatnya?
Apa kata penelitian?
Dua peneliti dari City University of New York melakukan sebuah studi kepada para pemain basket. Mereka ingin melihat apa perbedaan yang bisa ditemukan dari kebiasaan berlatih dua kelompok yang berbeda, yakni para penembak lemparan bebas (free throw) terbaik (70% ke atas) dan para penembak lemparan bebas terburuk (55% ke bawah).
Hasil penelitian bertajuk Self-Regulation Differences during Athletic Practice by Experts, Non-Experts, and Novices tersebut mengindikasikan dua perbedaan yang paling menonjol di antara kelompok yang lebih sering dan yang kurang sering memasukkan bola ke dalam ring saat lemparan bebas. Seperti dilansir dari Creativity Post, berikut dua perbedaan yang harus Ayah Ibu ketahui, yang sangat bermanfaat dalam pengembangan bakat anak:
Perbedaan 1: target belajar yang spesifik
Kelompok dengan jumlah tembakan masuk yang tinggi memiliki target latihan yang spesifik. Sebelum memulai latihan, mereka mencoba fokus dan mengingat target spesifik tersebut. Contohnya semisal, “Dari 10 kali kesempatan melempar, saya akan memasukkan bola ke dalam ring 10 kali juga,” atau “Saya harus menjaga posisi siku saya.”
Sebaliknya, kelompok dengan jumlah tembakan masuk yang rendah, memiliki target yang lebih umum, seperti “Saya harus berhasil melempar bolanya,” atau “Posisi badan harus bagus.”
Perbedaan 2: menyadari kesalahan spesifik
Tentu para pemain basket ini pasti pernah gagal memasukkan bola ke dalam ring, namun bagaimana mereka mengevaluasi perilaku kedua kelompok dalam penelitian terkait sangat berbeda. Kelompok dengan jumlah tembakan masuk yang tinggi berusaha menyadari kesalahan spesifik apa yang membuat mereka gagal memasukkan bola, seperti “Saya kurang membengkokkan lutut saya.”
Hal yang demikian merupakan umpan balik yang sangat informatif, karena dapat membantu meningkatkan kinerja para pemain basket dalam latihan berikutnya. Sedangkan kelompok satunya lebih sering melihat kegagalan menembak bola dengan kalimat seperti, “Tadi rasanya nggak pas,” atau “Rasanya saya kurang fokus”. Hal tersebut lebih umum, sehingga sulit digunakan sebagai umpan balik dalam latihan selanjutnya. Ini sangat penting dalam pengembangan bakat anak.
Menggunakan pengetahuan yang ada
Mengapa kira-kira kelompok dengan jumlah tembakan masuk yang rendah lebih sulit membuat target belajar maupun menyadari kesalahan yang spesifik? Ayah Ibu mungkin mengira bahwa kelompok ini mungkin memiliki lebih sedikit wawasan tentang basket, sehingga mereka tidak tahu teknik spesifik apa yang harus diperhatikan saat melempar bola ke dalam ring.
Namun penelitian di atas dilakukan dengan mengontrol wawasan tentang teknik menembak bola pada dua kelompok yang berbeda. Artinya, dua kelompok yang kita bahas tadi punya wawasan yang kurang lebih sama. Bedanya, saat kelompok dengan jumlah tembakan masuk yang tinggi berlatih, mereka benar-benar menggunakan wawasan tersebut dalam latihan. Alhasil, mereka bisa lebih efektif mengembangkan bakatnya.
Bagaimana dengan pengembangan bakat anak Ayah Ibu? Hampir semua bidang bakat memerlukan latihan yang harus anak tempuh untuk mengembangkan kemampuannya. Kadang latihan ini berujung membosankan, karena bisa jadi anak tidak belajar hal baru, atau saat gagal tidak tahu kesalahannya di mana.
Inilah saatnya mengajak anak Anda untuk belajar dua hal sederhana demi pengembangan bakat anak yang lebih efektif. Yakni, membuat target belajar yang spesifik dan belajar menyadari kesalahan spesifik saat gagal. Anda dapat mengingatkan anak untuk selalu menggunakan pengetahuan dan wawasan yang mereka pelajari saat berlatih maupun menampilkan bakatnya. Tentu saja, Ayah Ibu dapat mendukung anak dengan turut memberikan umpan balik spesifik pada mereka. Ingat, yang spesifik, ya…
Apa tips Ayah Ibu agar kegiatan belajar dan latihan pengembangan bakat anak lebih efektif?
Foto oleh Tom Hart