Erudio School of Art, Menjadi Diri Sendiri melalui Seni Rupa
Bakat Anak – Bagaimana cara anak tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang otentik?
Salah satu jawaban dari pertanyaan di atas adalah dengan melakukan hal yang kita senangi. Saya bisa bergembira, menjadi serius, dan mengeluarkan segala kapasitas saya untuk terus belajar. Melakukan hal yang paling disenangi dapat membuat kita menjadi diri sendiri, menjadi manusia yang sebenar-benarnya.
Sayangnya, kesempatan tersebut bisa dibilang cukup langka, termasuk bagi anak. Entah karena fasilitas yang kurang memadai, tidak tersedianya waktu karena kesibukan sekolah, hingga kurang pedulinya beberapa orangtua terhadap kegemaran anak.
Setelah memahami bahwa anaknya dapat tumbuh menjadi otentik melalui menggambar, Monika Irayati pun memutuskan mencarikan anaknya tempat untuk belajar seni dengan serius. Lembaga kursus yang dibuatnya pun ia rasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan anaknya sendiri, maupun anak-anak lain yang ingin mengembangkan bakat di bidang seni, khususnya seni rupa.
Saat ketiadaan sekolah seni maupun tidak adanya instansi serupa yang memberi kesempatan anaknya untuk menjadi otentik, memiliki hidup yang bermakna melalui menggambar, Monika Irayati memutuskan untuk mewujudkan sendiri harapan sang anak. Ia mendirikan Erudio School of Art, sekolah seni setara SMA, dan akhir pekan lalu, saya berkesempatan mengunjungi sekolah keren ini.
Disambut oleh Devi Wardini, Devi memperkenalkan Erudio School of Art sebagai democratic learning school. Mengapa? Untuk belajar menjadi diri sendiri, anak perlu diberi kesempatan mengekspresikan kebutuhan-kebutuhannya, mulai dari hal terkecil. Segala aturan dalam Erudio School of Art didiskusikan dan disepakati bersama oleh siswa dan staff sekolah, dalam Pertemuan Agung. Pertemuan Agung dapat diusulkan oleh siswa untuk membahas apapun, termasuk dengan kepala sekolah.
Bagaimana anak kemudian berkesempatan menjadi diri sendiri yang otentik? Erudio School of Art mendesain kurikulumnya sendiri sebagai Program Kegiatan Belajar Mengajar, di mana pada tahun pertama siswa dikenalkan dengan berbagai jenis seni rupa. Anak mungkin memutuskan untuk masuk Erudio School of Art berbekal satu kegemaran spesifik terkait seni rupa, misalnya menggambar atau melukis. Erudio School of Art memperkenalkan berbagai media berkarya, agar anak memiliki pilihan bebas dan bereksplorasi untuk mengembangkan bakatnya.
Setelah dikenalkan dengan berbagai jenis seni rupa, di tahun kedua anak dibebaskan untuk bereksperimen dengan hal-hal yang mereka kenali di tahun sebelumnya. Satu tahun penuh menjadi kesempatan mereka untuk mencoba dan menguji dirinya sendiri, sehingga diharapkan pada tahun terakhirnya nanti, anak telah memiliki fokus belajar – entah itu menggambar, memotret, atau membuat pahatan – untuk dituangkan dalam karya finalnya nanti.
Apakah anak nanti tetap konsisten dengan kegemarannya semula, atau memilih bidang bakat baru terkait seni rupa, itu akan menjadi proses mengenali diri sendiri. Itulah sebabnya, Marda Yuantika Haninggarjati, Head of School Erudio School of Art, mendefinisikan sekolah ini sebagai tempat berpikir. “Masa kebingungan itu memang seharusnya dialami sewaktu SMA, bukan sewaktu kuliah bahkan setelah menjadi sarjana. Pada akhirnya anak akan memutuskan, apakah ia memilih jalur karier di bidang seni, atau menjadikan seni sebagai sampingan. Tidak masalah, karena mereka dapat menggunakan cara berpikir yang telah mereka pelajari dalam ilmu apapun,” jelas Marda kepada saya.
Menjadi diri sendiri yang otentik melalui seni rupa bukanlah hal yang selesai dalam satu malam, apalagi dengan lamunan. Sebagian besar orang mungkin menganggap seni sebagai ekspresi diri, namun di Erudio School of Art, seni digunakan sebagai alat berpikir, berkomunikasi, serta menginspirasi orang lain. Karena ditujukan kepada dan dinikmati oleh orang lain, anak-anak di Erudio School of Art tidak sekadar berkarya. “Seni menjadi alat pembangunan karakter. Anak dengan kemampuan menggambar yang bagus tidaklah cukup apabila tidak memiliki manajemen waktu yang baik. Oleh karena itu, berkarya pun harus diiringi dengan menumbuhkan berbagai kemampuan, dari mendengarkan dan menghargai orang lain, sampai berkomitmen dan bertanggung jawab,” ungkap Marda.
Gadget bisa Dipakai Anak Berkarya? 5 Langkah yang perlu Orangtua Tahu
4 Manfaat Teknologi untuk Pembelajaran Anak Anda
Taman Gagasan Anak, Siap Tularkan Virus #AkuBisa di Indonesia
Erudio School of Art yang terletak di Jalan Lebak Bulus I no 55, Cilandak Barat ini tidak mengenal nilai angka, melainkan deskripsi. Hasil belajar yang dilaporkan kepada orangtua adalah evaluasi atas proses berkarya yang dilakukan anak, dari membuat konsep, melakukan riset, membuat perencanaan, memilih bahan-bahan, sampai membuat karyanya. Oleh karena itu, karya setiap anak memiliki wujud, cerita, maupun infografis di balik ceritanya. Erudio School of Art memanfaatkan tema-tema aktual agar anak berempati dengan fenomena-fenomena yang terjadi di luar dinding sekolahnya, selagi menjadi manusia-manusia yang otentik.
Situs Erudio School of Art | Facebook Erudio School of Art | Twitter Erudio School of Art
erudio ini hanya membuka kurikulum seni di bidang rupa ya?? apa ada seni lain lagi yang diajarkan?