Inside Out dan Pentingnya Anak Mengenali Emosi Diri - Portal Bakat Anak

Inside Out dan Pentingnya Anak Mengenali Emosi Diri

Diposting oleh:

Bakat Anak – Bagaimana jika perasaan punya perasaan?

Pixar telah banyak mengeksplorasi bagaimana hal-hal non-manusia bisa memiliki perasaan seperti kita. Berbagai film persembahan mereka menyentuh hati banyak penonton karena melibatkan aspek emosi yang mendalam. Keberhasilan studio ini tentu tak lepas dari proses berkarya yang apresiatif. Setelah mainan, robot, tikus, dan mobil mengalami personifikasi, kini giliran perasaan – atau emosi-emosi manusia – diberikan kesempatan untuk merasa dalam film terbaru Pixar, Inside Out!

Inside Out menceritakan seorang anak perempuan 11 tahun, Riley, yang harus pindah dari kampung halamannya di Minnesota karena sang ayah membuka usaha baru di San Fransisco. Meninggalkan rumah, sahabat, dan tim hoki yang disayangnya membuat sang gadis mengalami perubahan perasaan, dari riang gembira menjadi sedih dan marah.

inside-out

Terdengar sederhana, namun Pixar mengambil perspektif animasi ini dari dalam kepala, alias pikiran Riley. Di sana, terdapat lima karakter yang memerankan perasaan-perasaannya: Joy (gembira), Sadness (kesedihan), Anger (amarah), Disgust (jijik), dan Fear (takut). Imajinatif sekaligus ilmiah, karena sang sutradara, Pete Docter menginginkan Inside Out memiliki unsur psikologi yang kuat, yang menjelaskan bahwa manusia memiliki emosi-emosi yang mendasar di dalam dirinya.

Riset yang mereka lakukan membawa Inside Out ke dalam petualangan Paul Ekman, yang terkenal karena berhasil mengidentifikasi emosi-emosi universal manusia dari raut wajah. Hasil penelitian yang ditulisnya dalam buku Emotion in Human Face: Guidelines for Research and an Integration of Findings menunjukkan bahwa terdapat enam emosi dasar yang dimiliki manusia, yakni kelima karakter Inside Out, ditambah emosi terkejut (surprise). Karena sang sutradara merasa bahwa emosi terkejut mirip dengan rasa takut, akhirnya diputuskanlah bahwa lima emosi sajalah yang akan bermain sebagai pemeran utama dalam ‘menggerakkan’ sikap dan perilaku Riley.

inside-out-2

Fakta yang menarik adalah sang sutradara pun mengalami rasa frustrasi dalam masa pra-produksi yang memakan waktu tiga tahun. Pete Docter yang saat itu merasa gagal, berujar, “Saya tidak mengerti apa yang saya lakukan. Sebaiknya saya keluar. Apa yang bakal saya rindukan kalau saya harus keluar dari sini?” Di titik itu, Pete Docter menyadari bahwa ia akan sangat merindukan sahabat-sahabat terdekatnya di Pixar, yang dengan mereka ia mencurahkan berbagai perasaannya, baik saat gembira, marah, takut, maupun sedih.

Perasaan-perasaan tersebut, saat diungkapkan dan diceritakan, justru memperkuat hubungan manusia dengan sesamanya, anak dengan orangtuanya, termasuk Riley sebagai karakter manusia utamanya. Sikap menggondok dan amarah yang ditunjukkan Riley tanpa alasan yang bisa dimengerti orangtuanya, justru membuat hubungan Riley dengan ayah ibunya kian renggang. Namun, saat Riley mau mencurahkan kesedihannya kepada kedua orangtuanya, sang anak akhirnya menemukan kelegaan, dan kembali dekat dengan ayah ibunya.

Alyson Schafer, seorang pakar pengasuhan anak, mengulas bagaimana Inside Out menunjukkan pentingnya anak mengenali dan mengungkapkan emosi yang mereka rasakan, termasuk pada orangtua mereka. Seperti yang terjadi dengan Riley, seringkali anak kesulitan untuk mengungkapkan dan menjelaskan apa yang mereka rasakan selama ini sebagai anak di rumah. Di pihak yang lain, seringkali orangtua kurang peka, dan malah merespon sikap anak dengan cara-cara yang membuat anak enggan bercerita, persis yang terjadi saat sang ayah memarahi dan menyuruh Riley masuk ke dalam kamar.

sadness-inside-out

Nah, bagaimana Ayah Ibu bisa membantu anak mengenali dan mengungkapkan emosi dalam diri? Alyson Schafer menyebutkan bahwa pertama, Ayah Ibu dapat meminta anak untuk menyebutkan apa yang dirasakannya. Senang, sedih, marah? Anak-anak yang lebih kecil bisa dibantu dengan menggunakan stiker-stiker emotikon yang menunjukkan raut wajah yang sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

Setelah itu, kedua, biarkan anak bercerita mengapa mereka merasakan suatu emosi, misalkan rasa takut. Tanpa mengetahui penyebab emosi yang dirasakan anak, kita akan kesulitan untuk berempati. Oleh sebab itu, jangan konfrontasi anak dengan terburu-buru merespon tanpa tahu apa yang sebenarnya dialami anak.

Dan terakhir, saat Ayah Ibu akhirnya mengetahui apa alasan di balik emosi anak, Anda dapat menenangkan anak. Dan seperti yang Pete Docter, sutradara Inside Out dan Riley alami, dengan mengenali dan mengungkapkan perasaan anak kepada orangtua (dan sebaliknya), hubungan di dalam keluarga akan semakin erat.

Kapan terakhir kali Ayah Ibu mengungkapkan perasaan Anda terhadap anak?

 

Semua gambar karakter Inside Out dalam artikel ini dimiliki oleh Disney Pixar.


panduan memilih sekolah untuk anak zaman now

Leave a Reply

Buku Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now
rss
rss
rss
Mas Yana : Saya pikir masih sama konteksnya. jika jiwa kompetitif anak diarahkan kepada hal baik, seperti anjuran agama "
Zalllll, can u help me? : Dan lebih parahnya lagi, aku hampir mau bundir hehe gara tertekan capek disuruh ini itu sm ortu yg strict pare
Seorang anak Strict parents:)) sad : Ini penting bat si buat kamu, kyk survey ke sekolahnya langsung biar gk salah masuk sekolah...bahkan liat bang