Karena Anak pun Berdaya: Inspirasi Seminar Design for Change - Portal Bakat Anak

Karena Anak pun Berdaya: Inspirasi Seminar Design for Change

Diposting oleh:

Bakat Anak – Percayakah Ayah Ibu jika anak pun berdaya untuk membawa perubahan?

Sabtu kemarin, sekitar empat ratus orang dari berbagai kalangan berkumpul di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk menyimak seminar Aku Cakap: Design for Change. Kiran Bir Sethi, yang khusus berkunjung dari India, memaparkan upayanya mengenai bagaimana anak-anak pun, sebenarnya mampu untuk membawa perubahan di sekeliling mereka. Langkah awalnya jelas: mendapatkan kepercayaan dari orang dewasa seperti kita.

bakat anak berdaya

Salah satu kutipan paling menguatkan yang saya simak Sabtu kemarin diutarakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia, Anies Baswedan. Beliau mengungkapkan bahwa anak seringkali bisa dinilai (oleh orang dewasa), namun tidak memesona. Jauh di dalam, anak sebenarnya memesona dengan keingintahuan, rasa takjub, dan penasaran akan dunia di sekelilingnya. Namun kita sebagai orang dewasa justru sibuk menilai, menghakimi anak, sehingga pesona tersebut kabur dari pandangan.

Apa sebabnya?

Banyak orangtua yang lebih asyik mengusahakan agar anak-anak mereka mendapat nilai, angka yang terbaik. Sayangnya, angka-angka tersebut lebih sering bersifat menghakimi dan mengerdilkan potensi dan kemampuan anak yang sebenarnya. Kiran Bir Sethi, salah satu pemapar dalam seminar Aku Cakap: Design for Change, mengalami sendiri saat di mana anaknya sepulang sekolah justru berteriak “Aku tak becus!” Ia yang kemudian membekali diri dengan ilmu desain, merasakan bahwa prinsip berpikir desain atau design thinking dapat pula dilakukan oleh anak-anak, agar mereka bisa belajar menyelesaikan masalah melalui gagasan-gagasan mereka sendiri. Hal yang membuat anak bisa berkata, “Aku bisa!”

Iwan Pranoto, Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di India, yang turut menjadi pemapar dalam seminar Aku Cakap: Design for Change, mencuplikkan sebuah foto yang menggambarkan seorang Mahatma Gandhi yang berjalan dengan dipimpin oleh seorang anak. Kesempatan untuk memimpin dan membuat langkah-langkah perubahan tersebut, sayangnya, seringkali dirampas oleh orang dewasa dari anak.

Ketidakpercayaan berupa nilai dan penghakiman dari orang dewasa, membuat anak berkata pada dirinya sendiri, “Aku tak becus,” meskipun sesungguhnya mereka berdaya. Anak bisa, dan sangat bisa untuk berbuat sesuatu selayaknya orang dewasa berbuat hal yang sama. Yang diperlukan anak adalah kesempatan untuk melihat dengan mata mereka sendiri, bahwa anak juga berhak salah, berhak menggagas, dan berhak belajar untuk membuat perubahan.

Apa yang perlu kita lakukan sebagai orang dewasa – termasuk orangtua maupun guru – di sekeliling anak? Kita perlu mundur dari kebiasaan-kebiasaan lama dalam memberi nilai dan menghakimi anak – hal-hal yang membuat kata-kata seperti “Aku tak becus” maupun “Aku tak bisa” keluar dari bibir mereka. Sudah saatnya anak diberikan peran yang sama – dengan cara yang khas anak – dengan orang dewasa, yakni mengubah dunia di sekeliling mereka. Bagaimana caranya?

Memberikan peran untuk mengubah dunia kepada anak, berarti memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar peka terhadap sekeliling, mengutarakan ide yang lahir dari fenomena yang anak lihat, dan bertindak. Kiran Bir Sethi, berujar bahwa saat anak diberikan kesempatan untuk belajar dan melakukan berbagai hal, mereka pun bisa – dan memperoleh kepercayaan diri bahwa mereka mampu. Melalui prinsip berpikir desain yang ia gunakan dalam gerakan Design for Change, kita – sebagai orang dewasa – hanya perlu memfasilitasi dan mendesain kondisi di mana anak berdaya dan dilibatkan untuk menggagas berbagai ide.

Pemecahan-pemecahan masalah seperti membuat bola yang aman untuk dimainkan, atau menjadi pahlawan penyelamat air di sekolah dengan belajar menggunakan air secukupnya – hanyalah sedikit contoh dari berbagai perubahan yang dilakukan dari ide anak dan oleh anak, yang membuat ketidakberdayaan yang selama ini ditanamkan dalam benak anak tercerabut. Sudah saatnya anak percaya bahwa mereka pun berdaya, dan mampu menggagas perubahan.

Dimulai dengan rasa percaya dari kita, para orangtua dan pendidik anak, kepada mereka.

Sudahkah kita percaya dan memberi kesempatan pada anak untuk belajar?

 

Foto oleh amrufm


panduan memilih sekolah untuk anak zaman now

Leave a Reply

Buku Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now
rss
rss
rss
Mas Yana : Saya pikir masih sama konteksnya. jika jiwa kompetitif anak diarahkan kepada hal baik, seperti anjuran agama "
Zalllll, can u help me? : Dan lebih parahnya lagi, aku hampir mau bundir hehe gara tertekan capek disuruh ini itu sm ortu yg strict pare
Seorang anak Strict parents:)) sad : Ini penting bat si buat kamu, kyk survey ke sekolahnya langsung biar gk salah masuk sekolah...bahkan liat bang