Kategori Baru Suara Anak: Kegemaran, Karya dan Misi Sosial
Setelah enam kali pelaksanaan, Suara Anak kini hadir dengan kategori baru yaitu Kegemaran, Karya dan Misi Sosial. Apa maksudnya?
Awal Mula Suara Anak
Saya seorang ayah dari seorang anak perempuan 8 tahun, Damai namanya. Damai sejak kecil suka memainkan alat musik. Karena kesukaannya, Damai les piano di sebuah tempat les piano, sebut saja X. Awalnya senang bela- jar piano di Les X. Kemudian setelah beberapa waktu belajar piano, Damai dikirim oleh guru les piano mengikutu berbagai lomba piano. Sebagai orang tua, kami awalnya merasa senang Damai ikut lomba dan dua kali menjadi juara.
Tapi kemudian kami menemukan kejanggalan dalam proses belajar Damai. Ketika latihan di rumah, Damai kesulitan membaca not balok, meski sudah jadi juara. Kami memancing Damai untuk bercerita mengenai proses belajarnya. Dari cerita Damai akhirnya kami tahu bahwa guru lesnya melakukan jalan pintas, meminta Damai menghafal, bukan belajar membaca not balok.
Kami kecewa dengan cara yang digunakan oleh guru di tempat les piano X. Kami sudah berpikir Damai jadi juara piano, tapi ternyata kenyataannya terbalik 180 derajat, kemampuan Damai justru tidak berkembang. Kami pun memutuskan untuk memindahkan Damai ke tempat les piano yang lain. Sekarang, Damai lebih bahagia belajar di tempat les piano yang baru.
Kisah kami mungkin bukan kisah satu-satunya tentang jalan pintas karena orientasi hasil. Ketika mengamati lingkungan sekitar dan mendengar obrolan para orang tua, saya mendengar banyak kisah dimana anak menjadi korban dari orientasi hasil.
Padahal bila dipikirkan, orientasi hasil tersebut berkaitan dengan lahirnya praktek-praktek buruk dalam kehidupan berbangsa seperti pungli dan korupsi. Tidak peduli caranya yang penting cepat kaya. Jangan-jangan ketika meneriakkan anti korupsi, kita justru sedang menyemai benih-benih korupsi di jiwa anak kita. Ironis!
Kami ingin melakukan perubahan. Kami ingin menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak Indonesia. Kami ingin mengajak semua orang untuk menghargai usaha anak, bukan hasilnya. Biarkan anak-anak mencoba, be lajar dan berproses hingga mencapai kematangan secara alami, bukan jadi anak karbitan. Tapi bagaimana caranya?
Tercetuslah ide bagaimana cara agar semua orang bisa mengetahui dan menghargai usaha anak. Anak-anak bercerita mengenai pengalaman serunya. Kami menyebutnya sebagai Suara Anak, sebuah forum yang memberi kesempatan pada anak-anak usia 7 – 12 tahun presentasi selama 5 – 8 menit mengenai pengalaman seru menekuni kegemaran atau bakatnya. Presentasi tersebut didokumentasikan dan videonya bisa diunduh gratis untuk menginspirasi keluarga Indonesia. Suara Anak perdana diadakan pada Februari 2014, disusul Suara Anak berikutnya di Surabaya dan Yogyakarta. Saksikan video Suara Anak di Suara-Anak.TemanTakita.com
Suara Anak Kini
Suara Anak telah berlangsung enam kali. Setiap kalinya, saya menyaksikan anak-anak yang menakjubkan semangat belajarnya. Belajar bukan sebatas artian akademis, tapi mengembangkan potensinya. Mereka gemar, mereka tekun, mereka berhasil mengatasi rasa malas, bosan atau kesenangan yang lain. Mereka berhasil mengelola dirinya agar tekun belajar pada bidang yang digemarinya.
Awalnya, saya hanya berharap menyaksikan anak-anak yang tekun belajar. Tapi dari enam kali Suara Anak, saya menyaksikan anak-anak yang melampui harapan saya. Mereka bukan hanya tekun, tapi juga telah berkarya yang membanggakan, bahkan tanpa disadari mereka telah menjalankan misi sosial yang bermanfaat buat lingkungan sekitar. Karena itu, Suara Anak harus berubah agar bisa memberi kesempatan pada anak-anak yang telah menunjukkan ketekunan yang lebih.
Perubahan tersebut ditandai dengan hadirnya 3 kategori baru pada Suara Anak Ketujuh di Surabaya yaitu:
- Kegemaran. Kategori ini memberi kesempatan pada anak bercerita tentang pengalaman mencoba dan melakukan aktivitas hingga menemukan suatu bidang sebagai fokus kegemaran belajarnya. Kategori ini ditujukan untuk anak usia 6 – 9 tahun.
- Karya. Kategori ini memberi kesempatan pada anak bercerita tentang pengalaman anak menemukan fokus belajar, mempelajari dan menghasilkan karya pada suatu bidang. Kategori ini ditujukan untuk anak usia 10 – 15 tahun
- Misi sosial. Kategori yang memberi kesempatan pada anak bercerita tentang sebuah misi sosial yang berdampak positif pada masyarakat luas. Kategori ini ditujukan untuk anak usia 13 – 18 tahun.
Apakah ada anak yang ikut pada dua kategori baru, karya dan misi sosial? Kami percaya ada anak yang akan mendaftar meski belum banyak. Mulai dari yang sedikit, nantinya akan terus bertambah anak-anak yang menekuni kegemarannya, tekun berkarya dan tekun menjalankan misi sosial. Selama kita sebagai orang dewasa mempertahankan keyakinan positif pada anak-anak maka merkea akan bergerak mengarah pada keyakinan tersebut. Tantangannya yang paling sulit justru apakah kita sebagai orang dewasa mau berbesar hati memberi kepercayaan pada anak?
Penyusunan tiga kategori tersebut mengacu pada Siklus Tahap Perkembangan Bakat Anak yang telah ditulis secara teoritis di buku Anak Bukan Kertas Kosong dan ditulis panduan praktisnya di buku Bakat Bukan Takdir. Kategori Kegemaran ditujukan pada anak yang telah menemukan suatu bidang bakat sebagai fokus belajarnya. Fokus belajar adalah salah satu tugas perkembangan bakat pada fase Belajar Mendalam. Kategori Karya ditujukan pada anak yang telah menyelesaikan tugas perkembangan bakat terakhir pada fase yang sama yaitu menghasilkan portofolio karya bakat. Sementara kategori Misi Sosial adalah tugas awal pada Fase Arah Karier yang mulai dialami anak pada usia 13 – 18 tahun.
Masa Depan Suara Anak
Kondisi pendidikan saat ini dapat diibaratkan sebagai sirkuit balap. Anak-anak seolah sebagai pembalap yang dituntut untuk mendapat gelar juara dan piala di berbagai ajang kompetisi. Kompetisi seolah menjadi satu-satunya cara untuk mencapai prestasi. Padahal ada banyak salah kaprah yang melahirkan mitos-mitos kompetisi yang seringkali berdampak negatif pada proses pengembangan bakat anak (Baca: 10 Mitos Kompetisi yang Harus Dipelajari Orangtua). Suara Anak adalah bagian dari perintis kegiatan anak yang bersifat non-kompetisi, sehingga harapannya di masa depan akan lebih banyak alternatif kegiatan anak yang bersifat kolaborasi.
Hadirnya Suara Anak diharapkan dapat membuka wawasan orangtua dan pendidik akan pentingnya proses, karya dan portofolio karya, bukan nilai, gelar juara dan piala. Lebih jauh lagi, Suara Anak dapat membuka mata masyarakat pentingnya anak mengembangkan bakat. Bakat bukan hanya sekedar hobi atau aktivitas ekstrakurikuler, tapi justru proses belajar yang utama. Karena belajar bukan mengkonsumsi pengetahuan, tapi berkreasi menghasilkan karya.
Terakhir, sebagaimana harapan Vio dalam video Liputan Suara Anak Keenam, Suara Anak hadir hingga di daerah atau desa yang terpencil, bukan hanya di kota besar sebagaimana yang selama ini telah terjadi. Karena pengembangan bakat anak bukan hanya penting untuk anak kota, tapi juga penting untuk anak desa, untuk semua anak (Baca: Pengembangan Bakat Anak Hanya Untuk Anak Kota? Keliru, Anak Desa juga Butuh). Saat ini, teman-teman relawan terus bergerak di Malang, Semarang, Bandung, Depok dan daerah lain. Semoga semakin banyak daerah yang mengadakan Suara Anak.
Apakah Anda mengenal Anak yang telah menekuni kegemaran, berkarya dan menjalankan misi sosial lebih dari satu tahun? Beritahu kami bila ada
Suara Anak Ketujuh
Suara Anak Ketujuh akan diadakan di Surabaya tapi bisa diikuti oleh daerah lain yang bersedia hadir secara mandiri. Yuk bantu #SuaraAnak untuk menemukan anak-anak yang menekuni kegemaran, berkarya dan menjalankan misi sosial.