Kelas Minecraft, Ketika Anak Belajar Berkolaborasi
Bakat Anak – Bak membangun istana pasir sesuka hati di pantai, Minecraft merupakan sebuah game multiperangkat – yang berarti dapat dimainkan di komputer, konsol, maupun ponsel – bertema sama, yakni membangun apapun yang kita inginkan. Secara teknis pun, genre game ini mendefinisikan permainan: sandbox, alias kotak pasir.
Alih-alih menggunakan sekop dan ember, Minecraft sendiri adalah dunia berbahan dasar kubus-kubus dengan berbagai tekstur yang merepresentasikan berbagai bahan, dari batu, kayu, logam, dan sebagainya. Tersirat dalam judulnya, secara umum kita harus menambang bahan-bahan tersebut sebelum menggunakannya untuk membuat suatu bentuk atau bangunan.
Sebagai game bergenre sandbox, Minecraft membebaskan pemainnya untuk melakukan apapun. Itu berarti tidak ada misi utama yang harus diselesaikan pemain, sehingga siapapun berkesempatan untuk mengasah kreativitas dengan menciptakan sesuatu dari bahan-bahan yang mereka miliki. Dua mode utama yang ditawarkan game ini adalah Survival Mode, di mana pemain harus mengumpulkan bahan-bahannya sendiri untuk bertahan hidup serta melawan musuh, sedangkan Creative Mode berfungsi layaknya bermain di bak pasir: tuangkan imajinasi sepuasnya untuk membuat bangunan impian.
Fitur bermain bersama-sama yang dikenal dengan nama multiplayer merupakan salah satu fitur yang banyak digunakan dalam Minecraft – untuk berbagai tujuan. Iya, sebagai pemain kita bisa berkunjung ke ‘dunia’ yang pemain lain buat, untuk berembug dan membuat bangunan bersama-sama. Fondasinya adalah belajar berkolaborasi: berkumpul, merumuskan tujuan yang disepakati, lalu mewujudkan tujuan tersebut bersama-sama.
Salah satu jenis kolaborasi yang kerap dilakukan dengan bermain Minecraft bersama-sama adalah menggunakan Minecraft sebagai media belajar anak. MinecraftEdu telah menunjukkan bahwa anak dapat belajar apapun bersama-sama, dan berbagai kurikulum dari sejarah sampai fisika diimplementasikan dengan menggunakan Minecraft. Kesempatan ini tak dilewatkan oleh Yudhistira, seorang anak homeschooling yang juga berkesempatan mengikuti kelas Minecraft daring (online).
Yudhistira yang akrab disapa dengan nama Yudhis ini mengaku kalau ia sempat mengikuti salah satu kelas Minecraft daring yang diadakan oleh Minecraft Homeschool. Ia sempat mengajak beberapa teman penggemar Minecraft untuk mendaftar juga, namun teman-temannya enggan karena kendala bahasa. Berkaca dari pengalaman tersebut, sang ibu menantang Yudhis untuk membuat kelas Minecraft daring berbahasa Indonesia yang dapat diikuti oleh teman-temannya.
Yudhis sendiri bertanggung jawab membuat kurikulum, menyiapkan server privat untuk kelas Minecraftnya, dan tentu saja, mengatur proses bermain Minecraft bersama teman-temannya. Berbagai materi disiapkan khusus dari anak dan untuk anak, sehingga pembelajaran tak membosankan; terdapat minggu-minggu tantangan maupun saat-saat bermain bebas. Namun, seperti halnya kelas-kelas Minecraft lainnya, keutamaan dari kelas Minecraft yang digarap Yudhis adalah belajar berkolaborasi.
Saat Minecraft Memikat Keingintahuan Anak
15 Pertanyaan Keren ini perlu Anda Ajukan pada Guru
Taman Gagasan Anak, Siap Tularkan Virus #AkuBisa di Indonesia
Pada Juni mendatang Yudhis akan memulai kembali kelas Minecraftnya yang ketiga, dengan pagu 40 anak yang bisa mengikuti kelasnya. Berbagai materi baru yang berbeda dengan dua kelas sebelumnya telah disiapkan Yudhis, berikut peraturan, peta, dan servernya, agar teman-temannya dapat belajar berkolaborasi dengan leluasa. Ayah Ibu dapat menengok lebih jauh informasi mengenai Kelas Minecraft 3 Yudhis di sini.
Buat teman-teman yang akan mengikuti Kelas Minecraft ketiga, Yudhis menitipkan satu pesan buat kalian, “Jangan lupa untuk selalu bersenang-senang di kelas, ya!”
Apa aktivitas serupa yang dapat anak Ayah Ibu lakukan untuk belajar berkolaborasi?
Dokumentasi oleh Yudhis
izin share di guru.id ya