Kepo itu Modal Dasar Pengembangan Bakat Anak
Bakat Anak – Kepo ternyata menyimpan kekuatan besar bagi proses belajar dan pengembangan bakat anak. Mau tahu?
Era media sosial membuat beberapa perilaku baru bermunculan, yang segera dilabel dengan nama baru oleh masyarakat kita. Apa itu? Kepo! Secara umum definisinya mungkin negatif bagi sebagian besar orang, namun sebenarnya ia berakar dari sebuah insting yang secara alami dimiliki oleh setiap manusia. Dan kepo merupakan modal dasar bagi pengembangan bakat anak. Oya?
Sebuah eksperimen sosial dilakukan untuk memperlihatkan bahwa ‘bakat’ kepo secara alami ada pada setiap manusia. Eksperimen sosial yang sangat cerdik ini saya jamin akan membuat Ayah Ibu tersenyum saat menontonnya.
Sederhana saja: tiba-tiba, beberapa pengemudi motor berperan seakan-akan sedang melihat sesuatu yang menarik. Mereka kemudian menghentikan kendaraannya di pinggir jalan layang dan melihat ke sebuah arah. Ternyata, perilaku kepo yang mereka lakukan diikuti oleh perilaku kepo orang lain, yang juga ingin tahu, “Sebenarnya ada tontonan apaan sih?”
Meskipun kata kepo tumbuh di era media sosial, semangatnya sudah manusia – dan beberapa spesies lain – miliki sejak dahulu kala. Keingintahuan! Sejak dini, manusia dikarunia oleh keingintahuan untuk memahami berbagai hal baru, hal menakjubkan yang terjadi di sekitar mereka.
Ayah Ibu tentu – jika kesulitan mengingat masa kecil Anda – mengakui bahwa keingintahuan anak seringkali sangat besar, dari perilaku mencoba sampai berbagai pertanyaan yang dilontarkan anak semasa kecil. Orangtua lalu disibukkan dengan keponya anak, baik oleh pertanyaan-pertanyaan yang membuat keheranan, maupun perilaku mencoba anak tanpa rasa takut di dalamnya.
Apapun hasilnya, kepo atau keingintahuan kemudian menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu. Menariknya, berdasarkan sebuah penelitian keren yang dimuat dalam jurnal Neuron, kepo ternyata dapat meningkatkan belajar dan ingatan kita, bahkan tentang hal-hal yang sebenarnya tidak menarik perhatian kita. Sebuah modal dasar untuk pengembangan bakat anak, bukan?
Penelitian berbasis eksperimen tersebut dilakukan dengan memberikan serangkaian pertanyaan menarik pada beberapa orang. Mereka kemudian diminta menilai seberapa ingin tahu mereka akan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebelum jawabannya akhirnya ditunjukkan, terdapat jeda saat mereka ditampilkan foto wajah yang tak berhubungan dengan kegiatan hari itu.
Menariknya, pada akhir sesi, mereka diberikan tes dadakan tentang wajah-wajah yang mereka saksikan. Ternyata mereka lebih mudah mengingat wajah-wajah tersebut, padahal hal tersebut kalah menarik ketimbang pertanyaan menarik yang mereka coba jawab.
Analisis lanjut yang dilakukan dengan memindai otak selama orang-orang yang menjalani eksperimen, menunjukkan bahwa keingintahuan memicu aktivitas otak di bagian yang berkaitan dengan sistem reward atau ganjaran. Bagian ini biasanya bekerja saat seseorang melakukan sesuatu karena motivasi ekstrinsik, namun ternyata kepo atau keingintahuan dapat memicu kepuasan yang sama.
Menariknya juga, bagian otak yang berkaitan dengan ingatan, yakni hippocampus, aktif saat keingintahuan seseorang muncul. Interaksi antara hippocampus dan bagian otak yang berkaitan dengan sistem ganjaran pada akhirnya membuat orang lebih terpicu untuk belajar hal baru – termasuk hal-hal baru yang kurang penting atau tidak relevan.
Terlalu Kencang Menyetel Lagu, Remaja Ini Diomeli Orangtuanya. Lihat Yang Terjadi Kemudian
Di Balik Kenyamanan Hidup, Remaja Ini Justru Bikin Teknologi Microhydro untuk Desa Terpencil
Meski Hanya Pegawai Biasa, Pemuda Satu Ini Bisa Meraih Nobel Fisika
Dalam proses belajar dan pengembangan bakat anak, tidak selamanya kegiatan yang mereka lakukan tersebut menarik. Ada kalanya latihan membuat anak jenuh, dan beberapa topik dalam bidang bakat yang anak tekuni bisa jadi kurang menarik atau membosankan.
Apa yang bisa kita lakukan saat bosan dan jenuh muncul dalam proses pengembangan bakat anak? Penelitian yang kita baru saja kita bahas menunjukkan bahwa, selain membawakan topik dengan cara yang menarik saat anak belajar, anak juga bisa belajar hal-hal yang kurang menarik dengan menghubungkannya dengan topik yang anak lebih minati. Strategi ini membuat pengembangan bakat anak tetap berjalan, karena selain terdorong untuk belajar hal-hal yang membuat anak kepo, anak tetap dapat gemar belajar hal-hal yang awalnya kurang menarik bagi mereka.
Kepo atau keingintahuan, pada akhirnya melampaui keragu-raguan dalam diri anak untuk melakukan hal-hal baru, karena mereka mencoba keluar dari zona nyaman. Sebuah zona nyaman yang tercipta karena kita sudah merasa cukup belajar.
Bagaimana Ayah Ibu membantu anak untuk memelihara keingintahuan dalam diri mereka?
Foto oleh Sukanto Debnath