Melatih ‘Otot Kreatif’ Anak dalam Berkarya: 4 Tips Melampaui Rutinitas
Bakat Anak – Apa yang terjadi saat anak terjebak dalam rutinitas?
Apa hambatan seseorang untuk menjadi kreatif? Pertanyaan ini banyak ditanyakan orang dewasa, yang mungkin telah kehilangan ‘tangan ajaib’yang dimilikinya saat kecil. Sebagai orangtua, terlebih yang sedang melihat anaknya tumbuh, kita pasti menyadari betapa aktifnya seorang anak mencipta. Namun lambat laun daya cipta tersebut redup, terutama saat anak mulai disibukkan dengan rutinitas sekolah.
Tak dapat dipungkiri, rutinitas – apapun bentuknya – memberikan kenyamanan dan keamanan bagi proses belajar anak. Ada jadwal belajar yang teratur, ada target belajar yang jelas bagi anak. Hanya saja, kadang rutinitas membuat anak jatuh pada titik nadir: dari kejemuan sampai kehilangan kendali atas proses belajarnya. Hal ini pun terjadi pada orang dewasa yang energinya tersedot pada rutinitas, sampai terlalu letih untuk berkarya.
Lalu apa resep agar anak tidak terjebak dalam rutinitas belajar yang terstruktur? Ayah Ibu akan beruntung jika anak memiliki guru dan pelatih yang mengerti hal ini dalam proses pengembangan bakat mereka. Namun jika tidak, kita sebagai orangtua menjadi yang bertanggung jawab mengawal anak agar pikiran mereka tetap segar, dan mereka memiliki energi untuk terus berkarya. Dengan apa? Tentu saja, dengan merancang berbagai kegiatan bersama anak agar mereka dapat melampaui rutinitas.
Pertama, seperti halnya otot, kreativitas pun perlu dilatih. Ingat, dalam berkarya, ide tak selalu datang dalam satu malam. Pun ide tiba-tiba muncul, anak belum tentu terlatih untuk mengembangkannya menjadi suatu karya. Anak yang terbiasa mengikuti instruksi saja, akan kesulitan untuk belajar mandiri dan berkarya. Ketika anak punya lebih banyak kesempatan untuk berkarya, mereka akan lebih tertantang untuk melakukan hal-hal melebihi kemampuan yang mereka sadari.
Misalnya saja, anak yang belajar memainkan piano pasti memiliki lagu-lagu standar untuk dipelajari sebagai bagian dari rutinitas belajar. Di sela-sela latihan, Ayah Ibu bisa menantang anak untuk belajar sendiri satu-dua lagu yang berbeda, semisal soundtrack film animasi kesukaannya.
Kedua, perlu diingat juga bahwa sebuah aktivitas belajar yang awalnya seru dapat berubah menjadi menjemukan, saat dilakukan sebagai rutinitas, berulang-ulang tanpa variasi maupun umpan balik yang berarti bagi anak. Itulah sebabnya, selain memberikan kesempatan lebih banyak untuk berkarya, kita pun perlu memberi kesempatan anak untuk memilih sendiri tantangan belajarnya. Ya, anak perlu membiasakan diri membuat pilihan sebagai upaya mengendalikan proses belajarnya. Percayalah bahwa anak secara alami punya dorongan belajar – dan tak hanya itu, mampu memilih aktivitas belajar yang benar-benar menantang bagi dia.
Dengan memberi kesempatan anak untuk memilih, anak juga belajar bertanggung jawab dengan pilihannya, serta konsekuensi yang harus ia hadapi saat memilih tantangan belajarnya sendiri. Agar kita sebagai orangtua tak lagi mendengar, “Aku belajar sebisanya saja, toh ini pilihan orangtuaku,” atau “Saya sebenarnya tidak suka, namun terpaksa kuliah di jurusan X karena permintaan orangtua.”
Gadget bisa Dipakai Anak Berkarya? 5 Langkah yang perlu Orangtua Tahu
4 Manfaat Teknologi untuk Pembelajaran Anak Anda
Ide Solutif Anak, Lahirnya dari Empati
Ketiga, kesempatan berkarya dan memilih sendiri tantangan belajar tak lepas dari dukungan lingkungan sekitar anak, termasuk dukungan sosial dari keluarga. Saat orang-orang terdekat anak percaya bahwa anak mampu menyelesaikan sebuah tantangan baru, anak akan lebih percaya diri mengambil tantangan belajar tersebut untuk diselesaikannya. Itu semua tak lepas dari bagaimana kita sebagai orangtua menjalin komunikasi dengan anak, termasuk dalam memberikan umpan balik terkait perkembangan bakat anak.
Keempat, selain terus berkarya, anak juga membutuhkan ruang untuk bernapas dan menjelajahi hal-hal baru sebagai inspirasinya untuk berkarya. Ajak anak untuk berkunjung ke tempat-tempat rekreasi yang sesuai dengan bidang bakatnya, selagi mengenalkan hal baru terkait apa yang ditekuni anak. Menonton konser musik, pertunjukan drama, berkunjung ke galeri seni, atau bahkan sekadar mengobrol santai di teras rumah.
Apa tips Ayah Ibu agar proses pengembangan bakat anak menjadi tetap seru dan menyegarkan?
Foto oleh jcse