Apa Makna Mudik buat Anak?
Bakat Anak – Apa kata anak saat Ayah Ibu mengajak mereka mudik?
Tak terasa, bulan Ramadan segera berakhir. Minggu terakhir sebelum lebaran menjadi saat orang-orang berbondong-bondong pulang ke kampung halamannya. Saat-saat mudik memang bisa jadi merepotkan, namun sekaligus dirindukan oleh Ayah Ibu. Namun, belum tentu mudik menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Kita sebagai orangtua memang punya kampung halaman dan keluarga yang ingin kita temui, namun anak belum punya pengalaman serupa.
“Yah, di kampung ada mall nggak?”
“Apa asyiknya ke kampung, Yah? Ada ayam goreng tepung, nggak?”
“Aku di sana bisa main apa, Bu?”
Apa yang dirindukan Ayah Ibu di kampung halaman, belum tentu dirindukan oleh anak. Sederhana sebenarnya, karena mereka pada dasarnya belum memiliki ikatan yang sama. Kalau kita menganggap kampung halaman sebagai rumah dan tempat kita bertumbuh, anak bisa jadi menganggap kampung halaman sebagai tempat yang asing dan tidak mengasyikkan, apalagi kalau suasananya sangat berbeda dengan tempat tinggal anak.
Hal tersebut bisa jadi menyebabkan anak ogah-ogahan mudik bersama keluarga. Mudik jadi kegiatan yang membosankan, bahkan tidak bermakna bagi anak. Anak memperoleh kesan keliru tentang mudik, bahwa pulang kampung itu bukan kegiatan yang seru. Padahal kita bersukaria karena bisa merayakan lebaran dan berbagi kebahagiaan bersama keluarga di kampung halaman, hal yang hanya bisa dilakukan setahun sekali.
Pertanyaannya adalah, sudahkah Ayah Ibu bercerita tentang makna mudik kepada anak?
Seperti halnya puasa, Ayah Ibu bisa menjadikan mudik sebagai momen yang bermakna buat anak. Anak tidak hanya menghabiskan masa liburan dengan pergi jauh, menginap beberapa hari, lalu pulang kembali ke rumah tanpa membawa pengalaman apapun. Oleh sebab itu, Ayah Ibu perlu menciptakan kesan yang menyenangkan tentang mudik kepada anak.
Pertama, Ayah Ibu bisa berkisah tentang masa kecil sebagai anak. Bagaimana rasanya bertumbuh di kampung halaman, bermain dengan teman sebaya, dan hal-hal lain yang mungkin tidak dialami anak sekarang. Ada nostalgia yang membuat Ayah Ibu rindu kembali ke tempat di mana Ayah Ibu berkembang sebagai manusia. Kita bisa membandingkan kegiatan mudik dengan tempat hiburan yang disukai anak. Tanyakan kepada anak, mengapa ia ingin kembali ke tempat hiburan tersebut? Apa saja kegiatan seru yang bisa dilakukannya di sana? Lalu ceritakan mengapa Ayah Ibu juga perlu melakukan mudik.
Belajar Bermakna itu Memberi: Anak-anak Buat Aplikasi untuk Kelas Inklusi
4 Alasan yang membuat Belajar lebih Bermakna bagi Anak
20 Pertanyaan Keren lain untuk Anak Sepulang Sekolah
Kedua, mudik sebagai momen berbagi dengan keluarga di kampung halaman juga perlu dirasakan oleh anak. Saat berbagi rezeki dengan kerabat, Ayah Ibu bisa melibatkan anak untuk melakukannya. Sebelum mudik, Ayah Ibu bisa mengajak anak ke toko buku atau toko mainan; lalu biarkan anak memilih satu-dua buku atau mainan yang bisa dibaca dan dimainkan bersama di kampung halaman bersama sepupu-sepupunya. Tidak harus benda yang mahal, namun yang penting anak mendapatkan pesan bahwa mudik bisa menjadi kesempatan berbagi bersama saudara-saudaranya di kampung halaman. Bahkan dengan hal ini, anak bisa lebih akrab dengan saudara-saudara yang belum tentu bisa sering ditemuinya. Saat anak bisa menjalin hubungan yang baik dengan saudara-saudaranya, kita sebagai orangtuanya tentu bahagia, bukan?
Oleh karena itu, jadikan mudik sebagai momen yang juga bermakna bagi anak, tidak hanya untuk Ayah Ibu. Biarkan anak mendengar cerita, sekaligus merasakan semangat mudik dengan cara-cara yang sederhana, meskipun ia belum memiliki kampung halamannya sendiri.
Apa makna mudik yang Ayah Ibu ceritakan kepada anak?
Foto oleh Jenaph ss