Pengembangan Bakat Anak itu Milik Anak
Bakat Anak – Apa artinya saat pengembangan bakat anak bersifat pribadi?
Baik di sekolah, kursus bakat, bahkan berlatih di rumah pun, setiap anak pada akhirnya punya ciri khasnya sendiri dalam belajar. Ciri tersebut tumbuh dari keunikan anak, yang sebaiknya didukung dengan proses pembelajaran yang mau mengakui keistimewaan mereka. Itulah sebabnya, pengembangan bakat anak itu milik anak.
Sebelumnya, kita sudah melihat bahwa lembaga maupun pelatih bakat, meski sangat diperlukan, namun bukan jaminan utama seorang anak bisa menumbuhkan gemar belajar. Adalah benar bahwa kolaborasi antara anak, orangtua, serta institusi pendidikan (termasuk guru atau pelatih anak) mutlak diperlukan dalam pengembangan bakat anak. Namun ada hal mendasar yang harus dipahami semua pihak agar ketekunan dan kegemaran belajar benar-benar tumbuh dari dalam diri anak. Apakah itu?
Ya, seperti yang telah saya singgung di awal, hal mendasar yang harus dipahami dalam pengembangan bakat anak, adalah sifatnya yang pribadi. Pribadi berarti dikembalikan pada anak, pada keunikan dan keistimewaannya. Anak bukan kertas kosong, yang bisa distandardisasi oleh kurikulum maupun desain belajar. Pun belajar di bawah desain pembelajaran yang sama dengan anak lain, anak kita tetaplah istimewa. Caranya mengekspresikan dan menunjukkan hasil belajar, akan berbeda dengan anak lainnya.
Bahkan, sebelum menunjukkan hasil belajarnya, anak adalah pengolah informasi yang unik, dengan kecerdasan majemuk yang komposisinya berbeda dengan anak lainnya. Ibarat adik yang melihat kakaknya latihan menari, ia pun kemudian tertarik menirukannya. Apakah kemudian tarian yang ditunjukkan adik sama persis dengan sang kakak? Tentu tidak. Adik mungkin punya sorot mata yang lebih tajam, atau gerakan jari yang ternyata lebih gemulai. Padahal, jenis tarian yang mereka berdua lakukan sama.
Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan, menyebut keunikan setiap anak ini dengan istilah kecerdasan majemuk. Dalam teori yang dikembangkannya, terdapat delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap anak yang takaran yang berbeda. Artinya, setiap anak bisa menggunakan tiap jenis kecerdasan yang dimilikinya dan memaksimalkan beberapa jenis kecerdasan yang menonjol dalam mengembangkan bakatnya.
Anak yang belajar bermain gitar, misalnya, memang berawal dengan menggunakan kecerdasan musik. Namun lambat laun, saat mulai menggubah lirik atau membawakan lagu di depan penonton, kecerdasan aksara dan kecerdasan relasi pun digunakan.
Itulah sebabnya, dalam pengembangan bakat anak, anaklah yang menjadi subjek pembelajaran yang unik. Dengan demikian, tiap proses belajar yang dilakukan harus becermin pada keistimewaan sang subjek. Hal senada disampaikan bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara, yang menegaskan bahwa pendidikan harus bersifat menumbuhkan, tumbuh dari kodrat, keunikan masing-masing anak.
Mengembalikan Belajar pada Anak? Ini 4 Manfaatnya
Terlalu Kencang Menyetel Lagu, Remaja Ini Diomeli Orangtuanya. Lihat Yang Terjadi Kemudian
Di Balik Kenyamanan Hidup, Remaja Ini Justru Bikin Teknologi Microhydro untuk Desa Terpencil
Barbara Bray dan Kathleen McClasley, pendidik, pendiri PersonalizeLearning.com, sekaligus penulis buku Make Learning Personal, mengungkapkan bahwa saat kita percaya bahwa pengembangan bakat anak adalah milik anak, kita juga harus percaya pada anak dengan segala kemampuannya. Apa yang harus kita yakini dari anak-anak kita?
Keyakinan bahwa (1) anak mampu memilih fokus belajar yang diminati, bukannya dibatasi, (2) anak mampu mengarahkan dan mengendalikan proses belajarnya, bukannya disuruh, (3) anak mampu menekuni bakat dengan cara terbaiknya, bukannya diiming-imingi atau diancam, dan (4) pada akhirnya, anak mampu merumuskan arah karier berdasarkan bidang bakat yang ditekuninya.
Saat kita percaya bahwa pengembangan bakat anak harus dikembalikan kepada sang subjek pembelajaran, kita juga patut percaya bahwa anak punya motivasi, dorongan dari dalam diri untuk menggemari dan menekuni apapun pilihan baik yang mereka putuskan. Tak perlu memaksa, bahkan membuat mereka benci belajar.
Bagaimana Ayah Ibu menyadari keunikan dan keistimewaan anak-anak Anda?
Foto oleh Edmund Garman