Sudahkah Anak Merdeka untuk Belajar? - Portal Bakat Anak

Sudahkah Anak Merdeka untuk Belajar?

Diposting oleh:

Bakat Anak – Selain merdeka atas paksaan belajar, anak butuh merdeka untuk belajar.

Hari kemerdekaan bangsa Indonesia memberikan banyak inspirasi bagi banyak keluarga. Terutama, tentang bagaimana kemerdekaan bisa dimulai dari rumah mereka sendiri, yang meliputi kemerdekaan anak dalam belajar. Meskipun tidak mudah, anak pertama kali perlu bebas atas paksaan belajar dari luar – yang seringkali datang dari orangtuanya sendiri. Barulah anak bisa merengkuh kemerdekaan berikutnya: merdeka untuk belajar.

bakat anak merdeka 2

Seperti yang telah saya singgung dalam artikel sebelumnya, Erich Fromm menyebut dua definisi kebebasan dalam bukunya Escape from Freedom. Namun mungkin Anda punya satu kekhawatiran: kalau anak tidak dipaksa belajar, apakah mereka akan tetap belajar? Anggapan ini biasanya didasarkan bahwa anak dianggap sebagai kertas kosong, yang tidak memiliki maupun mampu menumbuhkan dorongan untuk belajar dari dirinya sendiri. Itu sebabnya, orangtua sibuk menyuruh anak belajar.

Saat anak masih kecil, kita menyaksikan sendiri, dan bahkan kerepotan melihat pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan. Kita melihat sendiri bahwa anak punya keingintahuan yang besar, tanpa diajari orangtuanya untuk bertanya. Namun ingatan ini seringkali dikalahkan saat kita menyaksikan kenyataan lain ketika anak bersekolah. Anak enggan belajar, merasa tidak semangat, dan sebagainya. Ada banyak faktor yang menyebabkan perubahan tersebut, namun kita sendiri seringkali gagal mengingat bahwa anak punya keingintahuan yang besar dan mau belajar banyak hal.

ki-hajar-dewantara-merdeka

Apa bukti bahwa anak punya dorongan alami untuk belajar? Eksperimen Sugata Mitra di India dan dan proses belajar yang dilakukan Sergio Juarez Correa di Meksiko – seperti telah diulas Bukik Setiawan dalam buku Anak Bukan Kertas Kosong – menunjukkan bahwa anak secara alami punya dorongan untuk belajar, tanpa perlu kehadiran bahkan paksaan dari orang dewasa. Dua artikel yang pernah saya bahas di sini dan di sini menunjukkan bahwa anak jalanan pun bisa mengatur dirinya sendiri untuk belajar.

Sugata Mitra meletakkan komputer yang sebentar saja sudah dikuasai anak-anak India untuk berselancar di dunia maya, padahal mereka tidak berbahasa Inggris. Sergio Juarez Correa yang mengajar di sebuah sekolah yang bersebelahan dengan tempat penampungan sampah, memberi kesempatan pada murid-muridnya untuk bertanya, memilih materi yang ingin mereka ketahui. Anak tidak perlu disuruh belajar, cukup membiarkan mereka belajar, ujar Sugata Mitra. Dengan kata lain, anak memegang kendali dalam proses belajarnya.

Dari sisi psikologi, saat anak memegang kendali dalam proses belajarnya, ini disebut sebagai otonomi. Dikembangkan dalam kerangka teori determinasi diri, Edward Deci dan Richard Ryan dalam jurnal On Happiness and Human Potentials: A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being, menyebutkan bahwa menjadi otonom adalah kebutuhan alami manusia, sekaligus salah satu jalan menuju kebahagiaan. Artinya, menuntaskan target belajar yang tumbuh dari keinginan anak sajalah yang akan membuat anak bahagia. Saat target belajar bukan berasal dari diri anak – yang berarti kondisi-kondisi di mana anak dipaksa belajar – meskipun ia berhasil menyelesaikannya, ia tidak akan bahagia.

Pengembangan bakat anak adalah salah satu kesempatan yang dapat Ayah Ibu sediakan agar anak berkesempatan merasa merdeka untuk belajar. Anak sudah sibuk dengan berbagai pelajaran yang harus ia pelajari di sekolah, sehingga saat anak berkesempatan untuk menekuni bakat dan kegemarannya, anak belajar untuk memegang kendali atas proses belajarnya.

Tentu saja, pilihan bakat harus berasal dari diri anak, bukan karena tren maupun permintaan orangtua. Kita sebagai orangtua bertanggung jawab menyediakan kesempatan eksplorasi yang memadai bagi anak, agar ia dapat memilih fokus belajar yang tepat untuk dirinya.

Apa upaya Ayah Ibu agar anak mulai mengelola sendiri proses belajarnya?

 

Foto oleh amrufm


panduan memilih sekolah untuk anak zaman now

Leave a Reply

Buku Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now
rss
rss
rss
Mas Yana : Saya pikir masih sama konteksnya. jika jiwa kompetitif anak diarahkan kepada hal baik, seperti anjuran agama "
Zalllll, can u help me? : Dan lebih parahnya lagi, aku hampir mau bundir hehe gara tertekan capek disuruh ini itu sm ortu yg strict pare
Seorang anak Strict parents:)) sad : Ini penting bat si buat kamu, kyk survey ke sekolahnya langsung biar gk salah masuk sekolah...bahkan liat bang