Inilah yang terjadi jika sering mengajak anak pergi ke toko buku
Ayah Ibu pasti tidak menduga ada banyak akibat bila kita sering mengajak anak ke toko buku. Setidaknya ada 5 hal yang akan terjadi. Apa saja?
Anak saya, Ayunda Damai, senang sekali di ajak ke toko buku. Ia bersiap lebih awal sebelum waktu berangkat yang disepakati. Begitu tiba, ia langsung mencari serial-serial buku kesukaannya. Kalau dibiarkan, kami bisa bangkrut memenuhi permintaannya untuk membeli buku. Karena itu kami sejak sebelum berangkat sudah memberi batasan sehingga Damai sadar diri. Tapi ketika sudah mempunyai uang sendiri hasil dari menabung, ia jadi lebih merdeka membeli buku.
Kesukaan membaca buku cerita memang sudah kami perkenalkan sejak dini. Awalnya kami bacakan buku cerita. Buku cerita pertama yang kami bacakan adalah Toto Chan. Ia senang, mungkin karena ia mudah mengasosiasikan dirinya dengan tokoh cerita, anak perempuan yang lincah. Setelah bosan dengan dibacakan buku cerita, ia pun mulai membaca sendiri.
Damai menyelesaikan serial Mallory Tower pada usia 5,5 tahun (Baca: Buku-Buku Enid Blyton yang Aku Punya). Ia selesaikan semua, kemudian dibaca ulang. Setiap kali membaca, setiap kali pula ia tertawa-tawa. Tanda bahwa ia paham dengan jalan ceritanya. Meski dibaca ulang, ia tetap tertawa, tertawa pada kejadian lucu yang sebelumnya belum dipahami.
Setelah bisa membaca sendiri buku cerita, pergi ke toko buku jadi berbeda. Sebelumnya, ia sekedar ikut orangtuanya ke toko buku. Setelah bisa membaca, ia pergi ke toko buku untuk mencari buku kesukaannya. Setelah ketemu, saya ajak Damai untuk menyelusuri bagian lain dari toko buku untuk melihat buku yang berbeda. Bila ada yang menarik, saya akan menceritakan isi buku itu dan saya akhiri nanti kalau sudah besar, kamu bisa baca sendiri.
Kesukaannya membaca buku cerita itu yang memperkaya kosa katanya dan membantunya untuk menulis posting blog pertamanya pada usia 7,5 tahun. (Baca: Diisengin Tim Super Trap Di Sekolah !!!)
Apa pentingnya ke toko buku? Dalam buku Anak Bukan Kertas Kosong, saya menulis “Anak suka belajar tapi benci untuk dipaksa belajar”. Begitu pula dengan membaca. Anak suka membaca tapi benci dipaksa belajar. Jangankan dipaksa, disuruh membaca saja tidak suka.
Kalau tidak dipaksa, kalau tidak disuruh, bagaimana menumbuhkan kegemaran membaca? Salah satu caranya adalah sering-sering mengajak anak ke tempat yang banyak bukunya, seperti perpustakaan atau ke toko buku. Kok bisa?
- Pergi ke toko buku membuat anak menyaksikan orang-orang yang tertarik dengan buku. Pemandangan yang akan membuatnya tertarik untuk mencoba membaca. Kalau orang lain suka membaca, mengapa saya tidak mencoba? Pada fase berikutnya mengetahui orang lain suka membaca akan merawat semangatnya untuk membaca dan belajar.
- Pergi ke toko buku membuat anak menyaksikan buku sebagai sesuatu yang berharga. Orang bersedia mengeluarkan uang untuk membaca apa yang disukainya. Pasti ada misteri di balik buku sampai orang mau bersusah payah mendapatkannya. Saya juga ingin tahu misteri yang ada dalam buku.
- Pergi ke toko buku membuat anak berjumpa beragam buku, berbagai genre, berbagai jenis, banyak penulis dan beragam kategori usia pembaca. Anak akan mendapat beragam stimulasi, apapun kegemarannya, apapun kecerdasan majemuknya. Suka cerita? Ada. Suka memasak? Ada. Suka robot? Ada. Suka memancing? Ada. Suka menyanyi? Ada. Dan banyak kegemaran lainnya.
- Pergi ke toko buku membuka kesempatan untuk berjumpa dengan anak lain yang mempunyai kegemaran atau minat yang sama. Berkenalan dengan teman yang mempunyai minat yang sama merupakan salah satu faktor yang merawat ketekunan belajar anak, sebagaimana saya tulisa dalam buku Bakat Bukan Takdir.
- Pepatah lama, berkumpul dengan maling, jadi maling; berkumpul dengan orang alim, jadi orang alim. Ingin anak anda cerdas? Berkumpullah dengan orang cerdas. Salah satu tempat berkumpulnya orang cerdas ya di toko buku.
Jadi tunggu apalagi, segera dan sering-sering ajak anak ke toko buku pada saat liburan atau pada saat akhir pekan. Tumbuhkan kegemarannya membaca, rawat ketekunan mengembangkan bakatnya.Pergi ke toko buku dahulu, jadi anak cerdas kemudian.
Bila Ayah Ibu berjumpa dengan buku terbaru saya, jangan lupa foto bareng dan posting di Facebook Bakat Bukan Takdir.