Singapura Menghapus Sistem Rangking
“Belajar bukan sebuah kompetisi!”, tegas Ong Ye Kung, Menteri Pendidikan Singapura ketika menjelaskan langkahnya menghapus sistem rangking.
Ketika kami mempublikasikan artikel tentang Penghapusan Sistem Rangking dan Dampak Negatif Lomba, banyak pembaca bereaksi menolak. Sebagian merujuk pada pendidikan di Singapura yang katanya lebih maju saja tetap menggunakan sistem rangking. Terlebih, asesmen kualitas pendidikan global PISA tahun 2015 menunjukkan capaian murid Singapura lebih tinggi dibandingkan semua negara peserta. Ternyata yang menjadi acuan, Singapura justru melakukan perubahan sistem pendidikan secara mendasar. Lompatan jauh!
Dikutip dari situs WeForum.org dan Straitstimes.com, Menteri Pendidikan Singapura memaparkan perubahan sistem pendidikan Singapura yang bisa disarikan menjadi beberapa poin berikut:
- Sistem rangking dihapus. Tidak ada lagi perbandingan antar murid
- Ujian sama sekali dihapus pada kelas 1 dan 2 (pada usia 6 - 8 tahun)
- Pada kelas yang lebih tinggi, ujian akan dikurangi pelaksanaannya
- Buku rapor diubah agar murid lebih fokus pada kemajuan belajarnya
Mengapa Singapura yang mencapai capaian terbaik justru mau merombak sistem pendidikannya?
Bila suatu negara capaian pendidikannya buruk tentu wajar melakukan perubahan sistem pendidikan. Alasannya jelas, agar capaian pendidikannya meningkat. Tapi posisi Singapura saat ini sedang berada pada tingkat terbaik. Mereka tidak punya alasan untuk melakukan perubahan sistem pendidikan. Mau mencapai apalagi?
Ternyata Singapura punya pandangan jauh ke depan. Sistem pendidikan bukan memenuhi tuntutan hari ini, tapi memenuhi tuntutan 20 tahun lagi. Pendidikan untuk masa depan anak. Di masa depan, dunia kerja akan mengalami perubahan drastis. Ada banyak pekerjaan lama yang punah. Ada banyak pekerjaan baru yang lahir. Tantangan kerja yang tidak disiapkan oleh sistem pendidikan lama ala zaman industri.
Apa yang dituju dalam perubahan sistem pendidikan Singapura?
Singapura berharap murid belajar bukan dimotivasi berdasarkan rangking atau perbandingan dengan murid yang lain, tapi lebih pada kemerdekaan belajar (self regulated learning). Perubahan sistem pendidikan diharapkan memberi waktu lebih banyak pada murid untuk mempelajari berbagai topik dan keterampilan baru, mengenal beragam tantangan belajar dan pada ujung akhirnya menjadi pelajar merdeka sepanjang hayat.
Di hadapan 1700 pemimpin sekolah, Menteri Pendidikan Singapura menyampaikan, “Saya tahu “menjadi rangking pertama atau kedua” di kelas pada masa lalu merupakan pengakuan yang membanggakan bagi prestasi murid. Tapi penghapusan sistem rangking dengan tujuan bagus, untuk memastikan anak memahami bahwa belajar bukan kompetisi, tapi disiplin diri yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan hidup.
Sebagai orangtua, apa yang bisa dipelajari dari perubahan sistem pendidikan Singapura?
Indonesia tentu berbeda dengan Singapura. Singapura sebagai negara kecil bisa jauh lebih cepat melakukan perubahan dibandingkan Indonesia. Jadi pilihannya ada di tangan orangtua, untuk belajar dan mengadopsi pelajaran dari sistem perubahan Singapura. Di Indonesia, banyak sekolah yang meniru sistem pendidikan Singapura yang masih menekankan pada sistem rangking. Peniruan yang dilakukan terang-terangan oleh banyak sekolah karena bisa memikat banyak orangtua untuk memilih sekolah tersebut.
Dengan adanya perubahan sistem pendidikan di Singapura ini, orangtua perlu memikirkan kembali cara memilih sekolah yang tepat buat anak-anaknya. Apakah akan mengikuti sistem lama pendidikan Singapura atau mengikuti perubahan sistem pendidikan Singapura yang menghapus sistem rangking?
Dalam buku Memilih Sekolah, sistem lama disebut sebagai sekolah menanamkan dan sistem baru disebut sebagai sekolah menumbuhkan. Segera dapatkan buku Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now untuk mendapatkan panduan memilih sekolah menumbuhkan. Hanya tersedia di MemilihSekolah.com.
Seberapa banyak sekolah di Indonesia akan mengikuti perubahan sistem pendidikan Singapura? Mengapa?
Setuju, semoga Indonesia juga melakukan hal yang sama.
Beberapa sekolah swasta terbaik di Indonesia sudah menerapkan hal yang sama.
Mereka lebih mengembangkan keterampilan dibandingkan sistem ranking.
Adapun performa setiap siswa dievaluasi per setiap minggu.